Pemanfaatan
informasi kesehatan dari internet dalam pelayanan kesehatan terus meningkat dan
dapat dikatakan sebagai revolusi bagi pasien. Aktivitas yang biasa dilakukan
pasien dalam penggunaan internet antara lain untuk:
(1)
memutuskan cara mengobati penyakit.
(2)
menanyakan hal-hal baru atau meminta pendapat kedua dari dokter lain
(3)
membuat keputusan untuk berkunjung ke dokter,
(4)
mencari cara merawat diri sendiri. Sehingga penggunaan internet dapat
menimbulkan model consumerist yang membuat hubungan pasien dan dokter
menjadi lebih efektif.
Dokter
akan menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari pasien terkait informasi yang mereka
peroleh dari internet seperti ketika pasien mempertimbangkan untuk
berkonsultasi dengan dokter tentang kondisi kesehatan, beberapa pasien mungkin
akan melakukan banyak riset sebelum melakukan kunjungan medis karena pasien
akan merasa lebih percaya diri dalam menangani kondisi medisnya. Akan tetapi,
dokter yang terbiasa dengan peran otoriter atau selalu dituruti mungkin akan
kesulitan menyesuaikan diri dengan model consumerist ini dan pasien yang
mengerti informasi akan dipandang sebagai tantangan terhadap kewenangan medis
yang "tradisional".
Dampak
Positif. Penggunaan informasi internet
dapat mempererat kerjasama dan komunikasi antara dokter dan pasien. Jika akses
internet semakin mudah di ruang pemeriksaan maka dokter dan pasien dapat
meninjau informasi kesehatan bersama-sama melalui internet lalu mengembangkan
informasi tersebut dengan cara pasien mengemukakan pendapatnya dan dokter
memberikan saran secara langsung. Bagaimanapun, tenaga medis tidak hanya
menanggapi pasien yang berpendidikan, tetapi juga membantu untuk mendidik
mereka. Berbagai pendekatan konstruktif bisa dilakukan seperti penggunaan
website yang mana dokter berperan menjadi konsultan, dokter menyediakan
pelayanan berbasis website kepada pasien misalnya perangkat penatalaksanaan
penyakit dan protokol perawatan pasien. Sehingga dokter yang "akrab dengan
internet" akan lebih efektif menjalin hubungan yang tulus dengan pasien
sehingga berkontribusi pada pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
menciptakan hubungan dokter-pasien yang lebih saling mempercayai.
Dampak
negatif. Namun yang perlu diperhatikan,
walaupun internet menjadi alat yang sangat berguna bagi pasien ketika mencari
informasi kesehatan yang dibutuhkan, tetapi juga bisa sangat membingungkan
karena beberapa situs yang mungkin tidak akurat (tidak update informasi).
Sehingga pasien perlu selektif dalam mencari informasi medis dari internet
walaupun sumbernya "dapat dipercaya" misalnya
- Alamat Website : carilah alamat website dari badan pemerintah yang menggunakan (.gov atau .go.id), institusi pendidikan yang menggunakan (.edu atau .ac.id), organisasi profesional dan rumah sakit yang menggunakan (.org atau .com)
- Currency (kekinian) : Website harus mengandung informasi terkini dengan mencantumkan tanggal pembaruan terakhir
- Informasi Aktual : Informasi harus faktual dan bersumber dari informasi yang andal seperti literatur profesional, intisari penelitian. Referensi dan sumber harus dicantumkan dengan jelas. Penulis atau kontributor disebutkan sebagai tenaga medis. Informasi kontak meliputi alamat email pengurus website harus dicantumkan. Informasi yang mengandung pendapat harus dijelaskan sebagai opini dan narasumber haruslah orang atau organisasi yang berkualifikasi. Klaim tentang perawatan, produk dan pelayanan harus didukung dengan bukti.
- Keterbukaan : Kepemilikan web, pihak-pihak komersial terkait dinyatakan dengan jelas. Potensi konflik kepentingan dicatat. Iklan dipisahkan dari isi situs yang sebenarnya. Sasaran web untuk konsumen atau petugas kesehatan dinyatakan dengan jelas. Informasi rahasia tentang pribadi pasien atau pengunjung website tidak boleh diungkapkan.
Referensi
:
Hedy
S., Catherine E., David C. 2007. Untangling the Web – The Impact of Internet
Use on Health Care and The Physician-patient relationship. Patient Education
and Counseling.
Sumber : www.mutupelayanankesehatan.net