Hipoglikemia adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi seseorang ketika tingkat gula darah turun drastis dalam beberapa jam setelah makan makanan berat. Sensitifitas setiap orang pada jatuhnya tingkat gula darah berbeda beda, dan hal ini seringkali menyulitkan deteksi gejalanya. Seorang penderita hipoglikemia tanpa diabetes tidak mengalami gejala yang berbeda dengan hipoglikemia yang disebabkan oleh diabetes.
Hipoglikemia tanpa diabetes harus dirawat secara serius karena tingkat gula darah bisa turun sampai 60 miligram dan oleh karenanya hormon utama yang disebut epinephrine, disekresikan oleh kelenjar adrenal.
Berbagai gejala seperti pusing, lapar, kebingungan, mudah marah, lemah dan sakit kepala akan dialami oleh si penderita. Tingkat gula darah yang rendah dan dikatakan kritis (sekitar 50 miligram) selanjutnya bisa menyebabkan kerusakan otak, sehingga kondisi ini harus selalu diawasi. Oleh karenanya, hipoglikemia tanpa diabetes harus mendapatkan perhatian medis yang tepat, yaitu menemui dokter untuk diagnosa dan perawatan yang benar.
Hipoglikemia tanpa diabetes memiliki dua kategori, yaitu :
Hipoglikemia reaktif (juga dikenal dengan hipoglikemia postprandial)
Hipoglikemia puasa (dikenal dengan hipoglikemia post absorptive)
Kedua kategori hipoglikemia tanpa diabetes ini memiliki gejala yang sama dengan hipoglikemia yang disebabkan oleh diabetes. Namun begitu, ada beberapa perbedaan antara kedua jenis hipoglikemia tanpa diabetes ini. Yang pertama, hipoglikemia reaktif datang dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan kaya akan karbohidrat. Disisi lain, hipoglikemia puasa bisa dipicu ketika seseorang tidak makan secara teratur dan menjadi sangat lapar.
Kedua kategori hipoglikemia tanpa diabetes ini memiliki gejala yang sama dengan hipoglikemia yang disebabkan oleh diabetes. Namun begitu, ada beberapa perbedaan antara kedua jenis hipoglikemia tanpa diabetes ini. Yang pertama, hipoglikemia reaktif datang dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan kaya akan karbohidrat. Disisi lain, hipoglikemia puasa bisa dipicu ketika seseorang tidak makan secara teratur dan menjadi sangat lapar.
Gejala Hipoglikemia puasa bisa dialami oleh seseorang yang mencoba aktifitas fisik yang melelahkan.
Selain itu, perbedaan mendasar dari kedua tipe hipoglikemia tanpa diabetes ini adalah tingkat glukosa darah yang memiliki ciri masing masing bagi tiap tipe. Dalam hipoglikemia reaktif, tingkat gula darah turun sampai dibawah 70 miligram per decimeter darah, sedangkan pada hipoglikemia puasa, bisa sampai 50 miligram.
Hipoglikemia puasa berisiko bagi kesehatan Anda karena jika berlangsung lebih lama akan membutuhkan perhatian medis yang cepat. Tidak seperti hipoglikemia puasa, hipoglikemia reaktif bisa diredakan secara cepat dengan tablet glukosa atau segelas jus jeruk dengan gula.
Pada kedua kasus hipoglikemia tanpa diabetes, ada dua faktor yang memicu munculnya hipoglikemia ini: alkohol atau beberapa obat-obatan yang diresepkan. Memang benar, hipoglikemia tanpa diabetes adalah masalah kesehatan yang membutuhkan saran yang tepat dari seorang professional dalam bidang kesehatan.
Selain itu, perbedaan mendasar dari kedua tipe hipoglikemia tanpa diabetes ini adalah tingkat glukosa darah yang memiliki ciri masing masing bagi tiap tipe. Dalam hipoglikemia reaktif, tingkat gula darah turun sampai dibawah 70 miligram per decimeter darah, sedangkan pada hipoglikemia puasa, bisa sampai 50 miligram.
Hipoglikemia puasa berisiko bagi kesehatan Anda karena jika berlangsung lebih lama akan membutuhkan perhatian medis yang cepat. Tidak seperti hipoglikemia puasa, hipoglikemia reaktif bisa diredakan secara cepat dengan tablet glukosa atau segelas jus jeruk dengan gula.
Pada kedua kasus hipoglikemia tanpa diabetes, ada dua faktor yang memicu munculnya hipoglikemia ini: alkohol atau beberapa obat-obatan yang diresepkan. Memang benar, hipoglikemia tanpa diabetes adalah masalah kesehatan yang membutuhkan saran yang tepat dari seorang professional dalam bidang kesehatan.